Everything is better with you.

Ternyata kali ini hanya butuh tiga hari untuk membuat Jerico sadar, walaupun Kiel yakin ini hanya akan bertahan setidaknya satu minggu kedepan.

Sembari menunggu kedatangan suaminya, Kiel kembali menjelajahi seisi kamar Jerico itu.

Dan ketika ia hendak membuka sebuah laci, telingannya mendengar pintu yang terbuka.

Enggan berbalik untuk menatap siapa yang disana. Tapi ketika pintu itu tertutup lalu suara kunci yang berputar yang menandakan bahwa Jerico benar-benar akan menjemputnya pulang.

“Lama amat, puter balik lagi ya?” Ucapnya, lalu Kiel mengambil sebuah notebook kecil dari laci tersebut.

Langkah kaki mendekat, Kiel semakin memfokuskan matanya untuk membaca tulisan tangan di atas buku itu.

“Lagi ngapain?” Tanya Jerico, lalu ikut duduk di belakang Kiel.

“Baca tulisan ceker ayam lu.” Masih dengan buku ditangannya, Kiel bahkan enggan memutar badannya saat tangan Jerico mulai melingkar pada perut ratanya, yang disusul dengan hembusan pada ceruk lehernya saat kepala Jerico beristirahat pada pundak lebarnya.

“Kangen, belakangan ini aku tidur di rs tau.”

“Gak nanya.”

“Soalnya kalo di rumah percuma, gak ada kamu.”

“Alah emang akal-akalan lu aja biar bisa tidur bareng nak– ah! Sakit bego!”

Jerico menggigit lehernya.

“Siapa suruh ngaco.”

Kiel tidak menjawab lagi, dia memilih untuk membaca setiap lembar pada notebook itu. Dan percayalah, setiap lembar itu bergulir senyuman kecil tidak pernah terlepas.

'I will never forget the moment i realized, i loved you, Ezekiel Dwi Pangestu.' kalimat pendek yang diakhiri dengan nama panjangnya.

Jerico yang tengah memeluknya di belakang juga ikut penasaran lalu tidak ada dua detik ia menyadari apa yang tengah Kiel baca sedaritadi.

Sesegera mungkin ia merebutnya.

“Dih! Siniin! Gue belum selesai baca Jerico.” Kiel akhirnya menoleh dan tangannya berusaha menggapai notebook itu dari tangan Jerico yang menjulang tinggi.

“Gak boleh.” Jerico berdiri saat Kiel mulai bergerak lebih gencar.

“Jerico siniin gue belum selesai baca ah!”

Akibatnya mereka seperti tikus dan kucing.

Dan salahkan Jerico yang menghindar terlalu lincah membuat Kiel tak bisa menghindari sebuah kecelakaan kecil saat kepalanya terjedot pada lantai kamar ini.

“JERICO SAKITTTTT!”

Jerico panik, lalu ia mengangkat tubuh yang sedikit mungil itu untuk dibawa ke atas kasurnya.

“Kan, aku udah bil–”

“Jerico mau nyalahin Kiel? Kiel kan cuma mau baca buku itu sampe selesai? Emang salah? Kenapa gak bolehin Kiel baca? Oh disitu ada mantan Jerico juga, makanya Kiel gak boleh baca sampe akhir?”

“Nggak ah ngaco, sini mana yang sakit.”

“Disini!” Jawabnya ketus sembari menaruh jari telunjuknya pada dada bagian kiri.

“Hati Kiel sakit! Ditinggal terus di rumah sendirian udah berasa gak punya suami tau gak!”

“Hati bukan disitu.” Tangan Jerico bergerak membenarkan jari telunjuk Kiel.

“Gak usah pegang-pegang!” Kiel menepis tangan Jerico.

Jerico tertawa gemas, “Beneran gak ada yang sakit? Sini Jerico obatin.”

“Jerico sumber sakitnya.”

“Iya maafin ya, tapi ini serius ada yang sakit nggak sayang?”

Kiel diam menatap lekat suaminya, hubungan mereka kini berjalan satu tahun lebih, dan rasanya masih sulit sekali untuk menerima sisi Jerico yang selalu saja menduakan dirinya jika sudah menyangkut pada pekerjaan Jerico.

Jika kalian tidak lupa, Kiel adalah orang yang paling membenci kesepian. Dia tidak suka sepi, sunyi, sendiri. Hari-harinya selalu ia habiskan untuk bermain atau bahkan sekedar kencan buta dengan siapapun yang membuatnya nyaman.

Namun itu dulu, jauh sebelum dirinya dinyatakan akan menikah dengan Jerico.

“Kali ini beneran mau wujudin keinginan Kiel kan?” Jerico mengangguk, merentangkan kedua tangannya. Kiel masuk kedalam dekapannya.

Lalu setelahnya ia bawa tubuh kecil itu untuk berbaring, Kiel segera mencari posisi yang nyaman.

“Lembar pertama, 'meeting you was the best part of my life. Kiyel'—” Ucap Kiel membuat kekehan kecil muncul dari suaminya.

“Lembar kedua, 'I love you more than you know Kiyel'.” Jerico melanjutkannya.

“Kamu inget?”

“Inget, bahkan lembar terakhir.”

“Apa emang?”

'Kiyel, thank you for making me feel loved'